Resep Sapi Lada Hitam : Black Pepper Beef

Sapi Lada Hitam sudah tidak asing lagi untuk lidah orang Indonesia. Di restaurant sering kali makanan ini jadi makanan special yang harganya cukup mahal. Ternyata, membuatnya sangat gampang dan cepat. Jadi, yuk, kita masak…

 
Bahan:

500 gr daging sapi bagian beef fillet atau scotch fillet, pokoknya yang empuk, potong dadu
1 capsicum merah, potong dadu
1 capsicum hijau, potong dadu
1 onion (bawang Bombay), iris tipis
2 siung bawang putih ukuran sedang, rajang halus
setengah ibu jari jahe, iris tipis
1 sendok makan air
1 sendok makan light soy sauce
1/2 sendok makan dark soy sauce
1 sendok makan oyster sauce (saus tiram)
1/2 sendok makan sesame oil (minyak wijen)
1 sendok makan Worcestershire sauce (kecap Inggris)
1/2 sendok makan gula
1 sendok makan cracked black pepper, atau black pepper utuh yang ditumbuk kasar
1/2 sendok makan tepung maizena
2 sendok makan minyak goreng

Black Pepper Fresh Ingredients Sauces

CARA MEMASAK :

Taruh potongan daging di wadah yang cukup besar, masukkan light soy sauce, dark soy sauce, air, oyster sauce, sesame oil, dan Worcestershire sauce, gula dan tepung maizena seperti takaran di atas. Aduk sampai rata. Simpan di kulkas paling tidak 15-30 menit. Daging beef fillet dan scotch fillet memang agak mahal, tapi rasanya sangat empuk dan enak untuk masakan seperti ini.

Meat Marinated

Sambil menunggu bumbu meresap ke daging, potong-potong capsicum, onion, bawang putih dan jahe seperti tertera di atas.

Setelah kira-kira 15-30 menit daging meresap, panaskan wajan dengan 2 sendok makan minyak sampai cukup panas. Kalau wajan dan minyak kurang panas, nanti dagingnya akan berair-air.

Masukkan daging yang sudah di-marinade tadi, masak dengan api besar sampai “sealed”, dagingnya terlihat kecoklatan di luarnya.

Lalu masukkan bawang putih, onion dan jahe, masak sampai wangi.

Kemudian, kecilkan apinya sedikit, masukkan potongan capsicum. Aduk rata, lalu tutup wajan dengan tutupnya kira-kira 1-2 menit agar capsicum-nya matang dengan cepat (steaming).

Buka tutup wajan, aduk-aduk lagi, lalu masukan cracked black pepper atau black pepper utuh yang ditumbuk kasar. Aduk-aduk lagi sampai merata, sekitar 1-2 menit, lalu matikan apinya.

Selesai. Hidangkan segera bersama nasi putih hangat.

Silahkan mencoba.

Black Pepper Beef

Posted in Uncategorized | 4 Comments

Resep Ceker Dimsum Halal

Mari kita sama-sama menyimak resep ini, dan silahkan dipraktekan. Sekilo ceker bisa dinikmati sendiri di rumah masing-masing sampai puaaaassss…. Nyaaammm…

BAHAN :

1 kg ceker ayam
setengah botol char siu / char sew  sauce (merek Kee atau Lee Kum Kee)
4 biji star anise
1 jahe seruas ibu jari
minyak goreng
5 siung bawang putih
4 cabe merah rawit
es batu yang cukup banyak
setengah botol spicy black bean sauce merek Lee Kum Kee
setengah botol guizhou black bean chilli sauce merek Lee Kum Kee
1 sendok makan madu
merica secukupnya
gula secukupnya

CARA MEMASAK :

Cuci ceker sampai bersih, buang bagian-bagian kulit yang kotor kekuningan atau kehitaman dengan menggunakan gunting atau pisau.

Gunting kuku-kuku ceker sampai ke pangkalnya, seperti bagaikan jari buntung

Lumuri ceker yang sudah bersih dan tanpa kuku dengan setengah botol char siu/ char sew sauce. Marinade semalaman, masukkan kulkas.

Keesokan harinya, goreng ceker yang sudah dimarinade semalaman dengan minyak yang cukup banyak. Jangan lama-lama menggorengnya, hanya cukup untuk “menggelapkan” warna ceker saja.

Siapkan air yang dicampur es batu di wadah yang besar. Cemplungin ceker yang sudah digoreng ke dalam air es ini sekitar satu jam, atau sampai kulitnya menggelembung.

Setelah kulit menggelembung (puffed-up), rebus ceker di sepanci air sampai menutupi seluruh ceker. Di dalam air itu masukan 4 star anise, dan irisan jahe. Rebus sampai mendidih, lalu kecilkan apinya, masak sampai ceker empuk sekitar satu setengah jam.

Setelah ceker empuk, matikan apinya. Segera siapkan di wajan : minyak goreng sekitar 2 sendok makan. Tumis bawang putih dan cabe rawit sampai harum tapi jangan gosong.

Masukan setengah botol spicy black bean sauce dan setengah botol guizhou blackbean chilli sauce ke dalam tumisan itu, tambahkan air dari rebusan ceker sekitar setengah gelas. Masukan merica secukupnya, dan satu sendok makan madu. Biarkan mendidih beberapa detik dan terus aduk-aduk sampai merata.

Cicipi, sampai rasanya pas di lidah. Harus terasa : pedas, manis, asin, secara seimbang.

Setelah rasa pas, tiriskan ceker dan masukkan ke dalam saus yang sudah masak. Tetap nyalakan kompornya dengan api kecil. Setelah ceker terbalut rata dengan saus, matikan api. Pindahkan ke wadah.

Ceker yang sudah dimasak lebih enak dimakan sehari sesudah dimasak sehingga bumbunya meresap. Lebih nikmat kalau dihangatkan dengan cara dikukus. Tambahkan potongan daun bawang di atasnya untuk mempercantik penampilan.

Silahkan menikmati! Finger licking good…

ceker dimsum

Posted in Uncategorized | 4 Comments

Cooking Therapy

I’ve never liked cooking before. I was baaaad with cooking. 2 months as newly-weds, we invited people, Van’s Vietnamese friends, to “taste some Indonesian food”.. It was supposed to be “ayam goreng kecap”, but I didn’t know that the chicken needed to be fried first, deep fried, or put in the oven first, before I mixed it with kecap manis and Blueband. My version of “ayam goreng kecap” turned to be like this : pale white, bloody, and kecap didn’t stick on it. Awful! Shame.. shame.. shame.. Lucky no one got sick of uncooked chicken poisoning that night..,or so I thought.. Oops..

But recently, I have been cooking up a storm. Recipe after recipe. I am trying to create dishes that I used to eat. Ehem… Yes, I used to. Richmond, Box Hill, Footscray, Springvale, Little Bourke Street.. you name it.

Do you know Supper Inn in the city? Supper Inn is a little.. tiny.. eating place in a laneway off Little Bourke St in Chinatown. They only open for dinner, right through until 3am in the morning. What time did I normally eat there? Between 11pm to 1 am. Here, we had to queue from all the way downstairs (the restaurant is upstairs), sometimes in the rain and cold of Melbourne’s winter. Me and my university friends were just killing time talking, while waiting for a spot inside. The place is probably only as big as my living room now, but man, it was always full. Only a few years later, when I started to live in Melbourne as a permanent resident, I learned that Supper Inn is THE place where people who know good Chinese food go. Supper Inn is where the top chefs (Westerners and Asians) of Melbourne go to after their own restaurants are closed. The food is superb, fast, and reasonable in price. Service? No service. You just sit, order, eat, and pay as soon as you are finished, because the waiter will just push the bill in front of you and keep coming back to check whether you’ve put some money in (only cash). Once you’ve paid, the waiter will start clearing your table, fold the table cover, grab everything on your table, and clean it. Basically screaming without voice : Get out! Let other people eat here and bring us more money! Hahahaha….

Where does this story go? My story is trying to tell you : I have eaten good Chinese food before. Halal? Of course not. Astaghfirullah, may Allah forgive me. But if I could pick a lesson from pengalaman jaman jahiliyah ini..hehehe.. I have acquired tastebuds that most of my Muslim friends don’t have, from my experiences of eating authentic good Chinese non-halal food. No, never ordered pork. But the meat I assume wasn’t from halal butcher and maybe the food was cooked with Chinese cooking wine, ..or lard.. ouch…

And after some years of not going to non-halal Chinese restaurant anymore, I miss it. I miss the FOOD! What can I do? I have to make it myself! And man, what a journey it is.

It starts with me being unemployed…, well, almost. I’m still registered as a casual employee, but actually never available to work. Hubby’s work is just waaaaay too demanding, that he can’t help with the kids if I go to work. So I’m taking a step back in my so called career and be “just” a wife and a mum. And my mood turned upside down…

I got sad easily, sensitive, feeling low, unworthy, and angry with the situation. And then, I cook. And the world becomes a better place. Hehehe…

With cooking, I start with finding the best recipe I could find from the web. And then I bought the ingredients, chopped and cooked. I am trying to create food I used to eat. The more challenging the dishes, the more excited I’ve become. For every dish I make, I feel like I achieve something. I serve my family and friends, and just watch them eat. Mission accomplished. And I realised that cooking has made me happy again. It’s my therapy. So I am enjoying this my new found passion at the moment. Come enjoy it with me. Follow my recipe in my blog. Come to a “cooking class” I intend to have. Let’s create our own yum cha in Melbourne, the halal one. But don’t look at the number on your weight-scale. Hahahaha…

Image

 

 

Photo : courtesy of http://chineseppl.blogspot.com.au/2011/08/dim-sum-etiquette-tapping-to-say-thanks.html

Posted in Uncategorized | 1 Comment

Resep Pho Halal : Versi Istri Orang Vietnam

Resep pho (baca : “feuh” kayak orang Sunda bilang “ceu”) ini ditulis berdasarkan banyaknya permintaan. Hehehe.. Maksudnya permintaan mau makan pho halal di Melbourne, gituuu.. Tapi karena proses perebusan yang minimal 4 jam ditambah perjuangan lahir dan batin untuk mendapat pho yang enak..hehehe, maka lebih baik saya berbagi resep aja yaa.. Silahkan bereksperimen, berkarya, membuat pho sendiri di rumah dan .. sruupuuuut… dinikmati bersama keluarga.

OK. Berdasarkan hasil riset di belantara google, sudah banyak resep pho yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Tapi sepertinya belum ada tuh penulisnya yang punya ibu mertua orang Vietnam. Ini penting lho, karena resep saya ini “mother-in-law approved” ..hehehe…, hasil pengamatan sebagai mantu, dan mengkombinasi resep dari sana-sini. Karena, resep pho yang ditulis dalam Bahasa Indonesia lainnya biasanya disesuaikan dengan selera  Indonesia. Misalnya, ditaburi bawang goreng.. Oooh Nooooo!! It’s not authentic Vietnamese way. Juga ada yang menulis, pho itu tidak halal karena masaknya pakai babi… Bukaaaan. Pho yang authentic malah “haram” pakai tulang dan daging babi karena rasanya jadi aneh…katanya lhooo…Hehehe.. Pho itu adanya ya beef atau chicken saja. Kalau halal tidak halalnya ya tergantung si beef atau chicken itu sendiri. Jadi, kalau teman-teman mengikuti resep ini, in shaa Allah rasanya authentic. You will not going to miss out on any of its distinct flavour.

Bahan-Bahan Untuk Pho Bo (Beef Pho) :

Tulang sapi sekitar 1 kg (cari bagian yang banyak sum-sum nya dan sedikit daging-dagingnya masih menempel, dan minta utk dipotong-potong sekitar 10 cm). Tambahkan 2-3 potong buntut sapi (oxtail) dan gravy beef 1 kg atau beef bagian oyster blade 1 kg. Gravy beef dan oyster blade ini bagian daging yang banyak ototnya. Katanya, saat otot ini direbus sampai waktu yang cukup lama, enzim yang diuraikan karena proses perebusan akan mengeluarkan rasa luar biasa pada kuah. Yum!

Untuk nanti di soupnya, sediakan daging sapi diiris-iris tipiiis sekali. Biasanya enak dari bagian sapi yang namanya ‘scotch fillet’ atau bagian “round”.

Rempah kering khusus pho siap pakai merek Pho Hoa Pasteur

pho hoa pasteur pouch
Percayalah, ibu-ibu Vietnam buanyaaak yang pakai rempah siap pakai ini. Tidak ada pengawet, isinya murni rempah kering untuk pho. (Kalau tidak ketemu yang seperti ini, bisa bikin sendiri dengan kain muslin yang diikat dan diisi : 2 star anise, 2 cassia/cinnamon sticks, 3 black cardamon utuh, 2 sendok makan fennel seeds. Untuk 8 liter air rebusan cukup menggunakan hanya satu bundle ikatan saja.)
Tapi sebaiknya cari rempah siap pakai ini, lebih praktis dan takarannya sudah pas.

Kalau menggunakan bundle bumbu seperti yang di foto atas, tetap siapkan : 2 star anise, 1-2 cassia/cinnamon sticks biar aromanya lebih mantap.
Ditambah : jahe satu ruas jari dan satu atau dua onion utuh (tergantung ukuran onion)..oh ya dan 4 butir cengkeh. Maaf lupa difoto. Tambahan rempah ini saya anggap penting untuk memperkuat aroma pho.
herbs

Fish sauce
Garam
Gula (lebih baik pakai yellow rock sugar, beli di Asian grocery).
White rice flat noodle khusus untuk pho (untuk soup. bukan untuk yang “fry” seperti kwetiauw yaa..)
noodle

Taoge
Irisan lemon
Irisan cabe merah rawit (birdeye chillies)
Irisan daun bawang (onion spring) dan irisan bawang Bombay (onion) tipis tipis
Daun Thai/Vietnamese basil
thai/vietnamese basil

Hoi Sin sauce untuk cocolan saat makan. Dua produk ini in shaa Allah halal.
saus pho

Sudah cukup pusing membacanya? Mari kita tambah pusing lewat langkah berikutnya…. Hehehe..

Cara Memasak :

Cuci potongan tulang di bawah air mengalir.

Masukan tulang, buntut dan potongan daging gravy beef/oyster blade ke dalam panci besar berisi air dingin sampai menutupi seluruh tulang, rebus sampai mendidih dan biarkan tetap mendidih selama 2-3 menit sampai buih-buih keluar.

Matikan api, buang air sepanci itu beserta buihnya, cuci tulangnya sampai bersih lagi. Cuci juga pancinya agar jangan ada buih atau lemak kotor yang tersisa.

Tambahkan air dingin 8-10 liter ke dalam panci lalu masukkan potongan tulang dan dagingnya, mulailah merebus dengan api agak besar.

Selagi merebus, kita siapkan rempah di atas oven tray beralas foil :  onion utuh, 2 cassia sticks, 2 star anise, 4 butir cengkeh dan seruas jari jahe. Tidak perlu mengupas onion dan jahe untuk saat ini. Masukan ke oven yang sudah dipanaskan sekitar 200 derajat C sekitar 10-15 menit sampai harum. Onion sebaiknya diambil setelah 5-10 menit karena cepat lunak. Salah satu yang utama dari pho adalah aromanya yang khas yang didapat dari rempah-rempah ini, semerbak ke seluruh penjuru rumah…bikin lapeeeerrr… Oh ya, kalau gak punya oven, rempah dan onion ini bisa disangrai di wajan (goreng tanpa minyak) sampai harum.

Setelah rempah dan onion harum, keluarkan dari oven. Kupas onion dan belah dua. Kupas jahe dan iris-iris tipis. Awas panas.

Masukan ke dalam air tulang yang sedang direbus : onion, star anise, cassia stick, cengkeh, jahe dan seiket bundle rempah siap pakai Pho Hoa Pasteur tadi. Bleng!! Tunggu sampai mendidih sesaat saja lalu kecilkan apinya, simmer. Jangan lupa diambil buih-buih yang keluar selama perebusan karena jangan sampai airnya keruh. Pho is a clear soup.

Selesai semua tahap di atas, yang dibutuhkan sekarang adalah doa dan kesabaran. Hahahaha… Beneeerr.. Soalnya it’s very easy to ruin the pho soup. And the soup is the soul of the dish. You ruin it, you ruin the dish. Kuncinya, biarkan mendidih dengan api kecil-sedang (simmer) sampai paling tidak 3 jam TANPA DICICIPIN!!! Sebelum 3 jam, bone marrow (sum-sum) tulang belum keluar, jadi rasa air rebusan akan seperti air cucian. Biasanya kita jadi panic dan jadi sibuk nambah-nambah perasa seperti garam, gula, fish sauce dan lain -lain. Padahal, setelah lewat 3 jam direbus dengan api kecil-sedang, ada satu titik terjadi KEAJAIBAN, tiba-tiba air rebusan mulai terasa tasty dan gurih. Bayangkan, kalau tadi sudah ditambahin garam bisa berantakan nanti rasanya. Jadi, setelah 3-4 jam, baru boleh dicicipi rasanya. Tambahkan garam, gula dan fish sauce sampai dirasa enak. It’s normal for the soup to taste a bit too strong and salty, karena nanti akan diseduhkan ke atas white rice noodle yang rasanya hambar. Somehow, the taste will come up JUST RIGHT, in shaa Allah. Pho soup yang enak biasanya bisa kelihatan dari rupanya : bersih, clear, dan terlihat minyak-minyak kaldu beningnya mengapung di permukaan. Makin lama direbus makin enak. Minimal biasanya 4 jam. Kalau ada waktu (dan kesabaran) bisa direbus sampai 6 jam. Kalau mau sekelas restoran biasanya 8-10 jam!! Hayooooo… Kuaaat??? .. Hehehehe…

Sekarang kita siap-siap makan.. cihuiii!!

Siapkan irisan daging tipisnya. Kalau yang suka mentah, nanti bisa ditata di mangkuk dan disiram dengan kuah pho yang masih mendidih. Tapi kalau senang yang matang, dagingnya bisa direbus sesaat di panci kecil berisi air. Jangan direbus terlalu lama.

Siapkan noodle-nya. Ikuti petunjuk di paketnya. Biasanya, kita urai-uraikan dulu noodle-nya setelah dikeluarkan dari paket agar tidak lengket satu sama lain. Lalu masukan ke dalam air mendidih sekitar 2 menit (atau sesuai petunjuk). Tiriskan dan cuci di bawah air mengalir.

Siapkan garnish-nya : taoge, daun Thai/Vietnamese basil, irisan cabe, irisan lemon, irisan daun bawang. Boleh ditambahkan irisan tipis bawang Bombay kalau suka.
garnishes

Siapkan hoi sin sauce di wadah kecil untuk cocolan.

Sekarang, siapkan mangkuknya ! Isi dengan white rice flat pho noodle yang sudah dimasak sesuai porsi masing-masing. Tambahkan taoge. Tambahkan irisan daging. Tambahkan beberapa lembar basil. Taburi dengan potongan daun bawang dan potongan cabe. Dan.. ooh so excited.., tuangkan kuah pho yang masih mendidih ke dalam mangkuk. Cicipi. Dan tambahkan perasan lemon sesuai selera.

Menghadapi semangkuk pho, tangan kiri memegang sendok, tangan kanan memegang sumpit, ambil irisan daging dari dalam mangkuk, cocolkan ke hoi sin sauce di sebelah kita, masukan ke mulut bersamaan dengan noodle dan soupnya… Aaaaah…. Segaaar…. Selamat! Anda berhasil menikmati Pho Bo, atau beef pho. (bo = beef). Hehehe..

Naah.. kalau mau bikin Pho Ga (ga = chicken), hampir sama langkahnya. Ganti potongan tulang sapi dengan seekor ayam dan sekitar 10 potong tulang leher ayam dan 10 ceker. Bisa juga seekor ayam plus sekitar 2 chicken frames (tulang utuh). Sama, harus direbus awal dan dibuang airnya, lalu direbus ulang. Jangan lupa ambil buih-buihnya selama perebusan. Kalau bisa sih, rebus saja satu ekor “boiling chicken”. Kalau beli di toko ayam, “boiling chicken” ini adalah ayam khusus untuk direbus sebagai kuah. Jenis ayam ini adalah ayam tua yang tidak bisa dimakan dagingnya. Jadi setelah direbus ya dibuang saja. Rasanya dan aromanya lebih kuat dibanding menggunakan jenis ayam biasa.

Perbedaannya :

Saat merebus ditambahkan seikat batang coriander (cilantro/daun ketumbar) tanpa daunnya yang juga sudah dibersihkan akarnya.

Setelah 2 jam, keluarkan ayamnya, ambil dagingnya dengan rapi, dan kembalikan semua tulangnya ke dalam panci, lanjutkan rebus dengan api kecil-sedang sampai 4 jam. Simpan daging ayamnya di dalam kulkas sampai siap makan nanti.

Begituuu.. Silahkan berkesperimen, berkreasi di dapur masing-masing. Jangan lupa laporan kalau sudah jadi yaa…Oh ya, jangan putus asa kalau gagal. Tetaplah istiqomah, hehehe.. terus praktek sampai ketemu rasa yang diinginkan. Semangaat!!

Ini ada foto beef pho yang ada di hp, lupa yang ngirim siapa. Tapi bagus buat ilustrasi bagaimana beef pho rupanya. Bisa ditambahin bakso, urat, babat, dan potongan bawang bombay sesuai selera.
phobeef

Posted in Uncategorized | 15 Comments

Nabi kami seorang paedophilia?

Nabawi

Tahun 2010, saat ber-umrah di Tanah Suci, saya mendengar dari pemimpin umrah kami kalau Nabi Muhammad SAW menikahi Aisyah saat Aisyah masih berumur 6 tahun, dan beliau berhubungan seperti layaknya suami istri saat Aisyah berumur 9 tahun. Bagai disambar petir, amarah saya bergejolak mendengarnya. Bagaimana mungkin saya mengikuti suatu agama yang Rasul-nya menikahi seorang anak kecil seusia anak perempuan saya?

Saya mengakui, pengetahuan saya tentang Islam saat itu sangat minim. Cerita-cerita sejarah Nabi selama ini hanya saya dengar sekilas-sekilas saja. Soal umur Aisyah ini memang pernah saya dengar sebelumnya. Tapi saya selalu menepis apa yang saya dengar dengan beranggapan itu hanya bohong belaka. Mana mungkin Nabi-ku seperti itu. Tapi saat umrah itu, pemimpin umrah kami adalah orang yang bisa dipercaya ilmu pengetahuannya tentang Islam. Mendengar kata-kata tentang umur Aisyah dari mulutnya seperti tamparan yang sangat keras ke diri ini.

Saya ingat, kami masih ada di Madinah saat itu. Kegembiraan karena berada berdekatan dengan Nabi yang tadinya menyelimuti hati berubah jadi rasa galau, bingung, marah, dan malu menjadi satu. Jadi selama ini benar kata orang-orang penghujat Islam? Jadi  selama ini benar bahwa Nabi ku menikahi seorang anak kecil? Jadi benar tuduhan orang-orang penghujat Islam bahwa Nabi yang kucintai adalah seorang.. paedophilia? Astaghfirullah…

Selesai shalat dzuhur hari itu, saya mengambil Al Qur’an dan membacanya untuk menenangkan hati. Sangat tidak nyaman perasaan saat itu. Tapi setelah selesai satu surat yang cukup panjang dibaca, lama-lama hati ini kembali tenang. Aku berdiri dan shalat sunnah di bawah kubah Masjid Nabawi yang indah. Saat kepala bersujud menyentuh lantai beralas karpet merah, saya berbisik, mengharap Allah dan Nabi ku dapat mendengarnya :

“Ya Allah, ampunilah kegundahan hatiku. Ampunilah aku yang sudah meragukan Nabi ku. Aku adalah orang yang tidak tahu menahu tentang perkara tersebut. Dan mungkin tidak ada seorang pun yang tahu pasti. Tapi aku tahu, bahwa Islam adalah agama yang benar. Aku percaya akan Al Qur’an adalah dari Mu. Aku percaya Nabi Muhammad SAW adalah utusan Mu. Aku percaya akan surga Mu. Aku percaya akan siksa kubur dan akhirat dari Mu. Ya Allah, teguhkanlah imanku. Janganlah Kau bolak-balikkan hatiku di tempat ini, tempat yang Kau ridhoi. Kembalikanlah aku ke keluargaku di Melbourne dengan iman yang lebih baik dari sebelumnya. Aammiin.”

Sudah. Selesai. Saya buang segala perasaan negatif saya saat itu. Saya kembali berkonsentrasi dengan ibadah saya sampai selesai umrah.. dengan janji dalam hati bahwa saya akan belajar lebih banyak tentang sejarah Nabi dan juga tentang Islam sekembalinya saya ke Melbourne.

Singkat cerita, alhamdulillah, rasa marah dan ragu itu tidak pernah menghinggap lagi. Lewat buku, internet, dan berdiskusi dengan orang-orang yang ilmunya lebih banyak dari saya, akhirnya saya tiba pada kesimpulan sebagai berikut :

1. Bisa dibilang hadits yang ada belum bisa benar-benardipercaya tentang berapa umur Aisyah saat dinikahi Rasulullah. Baik hadits yang dituturkan Imam Bukhari dan Muslim, keduanya berasal dari hanya satu sumber, seseorang bernama Hisyam. Hisyam ini tidak hidup di jaman Nabi dan Aisyah, tapi Hisyam adalah anak Urwah bin Zubair, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan, Urwah mendengar sendiri dari Aisyah bahwa beliau berusia 6 tahun saat dinikahi Nabi dan berumur 9 tahun saat pertama kali berhubungan layaknya suami istri. Urwah lalu menceritakan ke putranya  Hisyam setelah Hisyam dewasa, dan Hisyam memberitahukannya kepada orang-orang lain. Jadi, sebenarnya berita ini tidak terlalu kuat dasarnya. Para Imam tidak menemukan sumber-sumber lain selain Hisyam tentang umur Aisyah. Bisa jadi Hisyam salah. Wallahualam. Jadi, 6 tahun, 9 tahun, 13 tahun, atau 15 tahun, belum ada ulama yang bisa membenarkan 100 %. Ada lagi kisah yang dituturkan tentang umur putri-putri Nabi seperti Fatimah dan Asma, dan juga Aisyah, pada saat surat Al Qamar diturunkan, saat perang Uhud dan saat perang Badar. Ada ketidak-sesuaian antara umur Aisyah seperti yang diyakini dengan umur putri-putri Nabi tersebut. Ulama yang mencoba menghitung-hitung umur Aisyah berdasarkan kisah tersebut menemukan umur 6-9 tahun saat beliau menikah jadi tidak mungkin. Ada kemungkinan umur beliau lebih tua dari umur tersebut. Wallahualam.

 

2. Saat ini pun, tahun 2013, saya mempunyai kenalan yang dulu menikah saat masih berumur 16 tahun, jadi sekarang anak-anaknya sudah dewasa sedang anak-anak saya masih kecil. Dulu, salah satu nenek buyut saya menikah konon waktu berumur 13 tahun. Untuk awal tahun 1900, menikah umur 13 tahun adalah lumrah. Saat itu kakek buyut saya tidak dituduh menikahi anak di bawah umur. Tidak diusut ke pengadilan. Karena 13 tahun saat itu adalah umur menikah yang normal. Kalau ada perempuan berumur 20 tahun yang belum menikah saat itu, waduh.. sudah dikategorikan ‘tidak laku’. Jaman sekarang? Kalau ada yang menikah umur 20 tahun malah ditertawakan.. ‘kecil-kecil kok udah kawin?’..  Dilihat dari segi demografi saat itu, umur harapan hidup seseorang masih sangat pendek, karena belum ditemukan antibiotik dan obat-obatan seperti sekarang. Jadi, ada kebiasaan seseorang dinikahkan selagi masih sangat muda, segera mempunyai anak yang banyak, karena dari sekian anak yang banyak itu belum tentu bisa hidup semua. Banyak yang meninggal selagi bayi karena penyakit-penyakit yang tergolong ringan pada jaman sekarang. Jadi, toh kalau benar Aisyah berumur 9 tahun saat berhubungan dengan Nabi, apakah saya bisa bilang itu umur yang tidak lazim saat itu untuk menikah? Itu kalau benar 9 tahun. Tapi secara hadits di atas, ada kemungkinan umur Aisyah lebih tua dari 9 tahun.

Kalau benar di jaman Nabi itu umur Aisyah adalah bukan umur lazim seorang perempuan untuk menikah, mengapa tidak ada huru-hara dari penentangnya? Bukankah seharusnya hal itu menjadi satu persoalan yang bisa dianggap untuk menjatuhkan Rasul? Wallahualam.

 

3. Alasan ketiga lebih menyentuh iman daripada akal. Umat Islam mempercayai bahwa Nabi diperintahkan menikah istri-istrinya karena perintah Allah, bukan karena kemauan sendiri. Perintah Allah dalam ‘memilih’ istri-istri Rasul ini diyakini karena ada alasan yang kuat di baliknya. Untuk Aisyah, umat Islam mempercayai bahwa Aisyah adalah seseorang yang sangat cerdas. Ingatannya sangat kuat. Hadits yang dituturkan Aisyah adalah yang jumlahnya paling banyak, dua ribuan hadits kira-kira. Karena umurnya yang masih muda, diyakini bahwa beliau jadi mampu mengingat kebiasaan-kebiasaan Rasul dan juga rajin bertanya kepada Rasul. Konon, Aisyah adalah satu-satunya istri Rasul yang belia, sedangkan istri-istri Rasul lainnya termasuk yang sudah berumur. Jadi, mungkin itulah alasan Allah menyuruh Nabi untuk menikahi Aisyah. Hadits yang dituturkannya sangat penting untuk umat, terlebih lagi untuk kaum perempuan, karena Aisyah banyak meriwayatkan hadits tentang perempuan. Wallahualam.

 

Begitulah. Alhamdulillah kegalauan saya sudah ditutup. Tidak ada kepastian tentang umur Aisyah. Tapi ada satu yang pasti : iman kepada Allah dan Rasul Nya. Itulah yang saya pegang, in shaa Allah. Saat di surga nanti, akan saya nantikan kesempatan saya bertemu dengan Allah dan semua Nabi-Nya, dan saya akan sampaikan segala pertanyaan selama ini …. “Jadi, Aisyah itu umur berapa saat menikah Ya Rasulullah?”.. “Jadi, Palestina itu sebenarnya milik siapa Ya Nabi Musa?”… “Jadi, tanah Sodom dan Gomorah itu dimana Ya Nabi Lut? Benarkah di Laut Mati (Dead Sea) seperti kata orang-orang saat saya ke sana dulu?”… oh ya dan yang paling seru : “Jadi, manusia pertama itu memang Adam kan, Ya Allah? Bukan evolusi kera seperti kata Darwin kan, Ya Allah?” 

Hehehehe… Looking forward to it, in shaa Allah…

 

*Mohon maaf untuk yang kurang berkenan. Tulisan ini dibuat atas pengalaman pribadi, untuk pemahaman pribadi, dan ingin di-share kepada teman-teman sebagai cerita tentang journey of my faith to our beloved Rasulullah..*

 

 

 

 

Posted in Uncategorized | 1 Comment

WOMEN

Hari ini adalah International Women’s Day, 8 Maret 2013. Kenapa tidak ada International Men’s Day? Well, this is a maaaan’s world…, kata penyanyi James Brown. Tapi dia meneruskan : ..but it wouldn’t mean nothing. Nothing without a woman or a girl…  Halaaaahhhh… bisa ajaaah! 😀

 

Bukan. Bukan. Kali ini saya tidak akan menulis hal tentang persetaraan gender, feminisme, atau ‘men bashing’. Saya mau menulis tentang wanita-wanita di sekitar saya yang inspiratif. Gak usah jauh-jauh. Sekitar saya saja.

 

Wanita pertama adalah seorang teman lama waktu kuliah di Semarang. Sekarang dia adalah salah satu, atau mungkin satu-satunya, dokter wanita ahli forensik korban mutilasi dan kebakaran yang mana dia juga seorang perwira menengah di POLRI.  Suaminya adalah seorang dokter kandungan. Teman saya ini mempunyai 2 anak. Duduk dan ngobrol bersamanya bisa membawa jiwa dan raga ini ke kamar mayat. Cerita-ceritanya tentang mayat-mayat yang diotopsinya lebih seru daripada nonton CSI di TV. Lebih seru karena diceritakan dengan ‘cinta’. Teman saya ini merasa dia bisa melakukan sesuatu untuk orang banyak dengan pekerjaannya ini. Menyerahkan potongan tubuh ke keluarga korban dengan identifikasi positif bahwa inilah anggota keluarga mereka yang dicari-cari selama ini, katanya itu sebagai kepuasan pengabdiannya. Bahkan, katanya lagi, tidak jarang arwah para korban itu datang kepadanya untuk ngobrol.. dan tidak jarang memberi keterangan tentang siapa pembunuh mereka. Hehehe.. yang ini ya walahuallam. Tapi tetap seru deh pokoknya.

 

Wanita kedua di sekitar saya yang juga sama insipiratifnya, kebetulan juga seorang dokter. Satu kost waktu di Semarang. Saat ini, namanya cukup terdengar di kalangan pejuang hak-hak penyandang HIV dan AIDS. Dia sudah beberapa tahun belakangan menjadi Project Director untuk LSM yang membantu pencegahan penularan dan sekaligus pengobatan orang-orang yang terkena HIV.. *tahan napas*.. khusus dari kalangan pengguna narkoba dan pekerja seksual. Ngobrol dengan teman saya ini, jelas tertangkap bahwa dia adalah individu yang menganggap manusia itu adalah manusia. Titik. Pengguna narkoba dan pekerja seksual? Tetap manusia. Punya hak. Hak untuk bebas dari HIV. Tapi yang paling penting, menurut teman saya itu, dia ingin melindungi orang-orang di sekitar pengguna narkoba dan pekerja seksual yang sebenarnya “tidak bersalah”. Jadi, jangan sampai istri, anak-anak mereka terjangkit HIV karena kesalahan mereka sendiri. Tidak bisa hanya menutup mata dan tidak mau tahu dengan golongan orang-orang seperti ini. Mereka bisa menjangkiti keluarganya, dan keluarganya itu bisa suatu saat menjangkiti kita, karena adanya darah yang tercemar, crossed-contamination, atau lain sebagainya.

 

Teman ketiga sebenarnya bertolak belakang dari latar belakang dua teman di atas. “Hanya” seorang Ibu Rumah Tangga di Jakarta. Mempunyai 3 anak. Dia seorang sarjana yang lulus dengan nilai yang baik, yang memilih untuk mendampingi anak-anaknya sementara suaminya seorang dosen, peneliti dan pendakwah, sering beraktivitas di luar rumah. Yang membuat saya takjub, selama berteman dengannya, saya tidak pernah mendengar kalimat negatif sepatahpun keluar dari mulutnya. Tidak pernah mengeluh. Tidak pernah menggunjing. Suaranya halus, dengan derai tawa yang renyah. Bukan seorang yang pendiam, dia banyak bercerita sebenarnya, benar-benar teman yang menyenangkan. Saya tahu kehidupannya tidaklah mewah. Kemana-mana naik angkutan umum, kecuali bila bepergian akhir pekan bersama keluarga. Bajunya sederhana. Setelah mengantar anak-anak sekolah, karena jarak dan kemacetan yang lazim di Jakarta, teman saya ini setiap harinya mampir di masjid sekitar sekolah anak-anaknya. Di sana dia mengajarkan membaca Al Qur’an untuk ibu-ibu di kampung sekitar. Begitu setiap hari sampai bel sekolah berbunyi. Anak-anaknya tumbuh menjadi anak-anak penyejuk mata dan hati orang-orang yang melihatnya.

 

Teman ke empat sebenarnya bukan teman langsung. Tapi istri seorang teman waktu SMA. Dia seorang ibu dari dua putri. Karirnya cemerlang dari sejak lulus kuliah karena dia adalah seorang yang cerdas dan luwes dalam bergaul. Ternyata, Tuhan menganugerahi dia dengan seorang anak yang autistic yang cukup parah. Saat itu sekeluarga sedang berada di Jepang karena sang suami menuntut ilmu. Dan pada saat itu, tidak banyak resources dan informasi yang tersedia untuk orang tua dan anak pengidap autisme. Istri teman saya itu harus mencari-cari sendiri segala informasi dan kemungkinan penyembuhan austisme lewat internet, berkomunikasi dengan para orang tua dari belahan dunia yang lain. Karirnya yang cemerlang dia tinggalkan. Fokusnya adalah membuat hidup yang lebih baik untuk anaknya yang autis. Perhatian penuh, terapi di rumah, interaksi yang tak kunjung padam. Hanya karena Allah jugalah, sang anak yang autis itu berkembang ‘normal’. Foto-fotonya di facebook memperlihatkan kedua matanya menatap kamera dengan ‘hidup’..sesuatu yang hampir impossible untuk seorang anak penyandang autisme.

 

Empat wanita luar biasa. Empat wanita yang berguna untuk dirinya sendiri dan orang lain. Empat wanita di sekitar saya yang membuat saya tidak putus asa sebagai perempuan, dan tidak putus harapan saat mempunyai anak perempuan. Kesuksesan itu relatif. Berguna atau tidaknya ilmu dan keahlian yang kita miliki sebenarnya akhirnya dikembalikan kepada keputusan kita masing-masing. Karir atau tidak berkarir, bukan suatu kendala.

 

Happy International Women’s Day. Being a woman, sometimes the wind blows so hard it knocked you down. But if you surrender to the wind, you can ride it instead. You can go up, high, to a place you thought it’s just too far to get.

This time, I surrender to the wind. I am enjoying the breeze..

 

 

 

*photo : Mulan. The strongest female character in Disney. My favourite.*
mulan

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Daftar Keperluan Haji : Tips

Haji? Kan baru Februari? Lha.. justru itu. Mulailah siap-siap dari sekarang, lebih baik. Sudahkah datang di info haji Melbourne yang diadakan oleh IMCV? Sudah tahu mau ikut provider haji yang mana? Sudahkah banyak-banyak ngobrol dengan ‘alumni’ haji yang lalu? Sudahkah baca buku tentang haji dan paham? Paspor siap? Visa (Australia) siap? Semua tidak akan expired dalam jangka 6 bulan sejak keberangkatan haji? Anak-anak sudah ada gambaran mau dititipkan ke mana? Sudahkah suntik Meningitis? Dan yang paling penting, sudahkah pasrah meninggalkan segalanya untuk Allah? Hehehe…

Begitulah adanya. Itu kalau mau siap lahir batin ya. Dan percayalah, siap lahir batin saat  jauh-jauh hari itu lebih nikmat daripada ‘kedubrukan’ saat last minute sebelum berangkat haji.

Dulu, koper kami sudah siap dan tertutup sekitar sebulan sebelum berangkat. Pengumpulan barang keperluan haji sudah dilakukan sejak bulan Januari (Haji bulan Oktober). Ketemu bergo yang pas, masuk koper. Ketemu sabun non-perfumed, masuk koper. Tali pengikat kaca mata, masuk koper. Masker kain, daleman jilbab warna netral, tas selempang, masuk koper. Jadi nikmat sekali rasanya, sebulan sebelum berangkat kami tidak lagi lari-lari dan tanya-tanya ke sana kemari tentang barang-barang yang perlu dibawa. Saat-saat terakhir itu kami manfaatkan untuk memuaskan kebersamaan dengan anak-anak, menerangkan kira-kira nanti bagaimana kalau kami berangkat dan pesan-pesan yang harus mereka ingat. Yang ada di hati hanya ada rasa excited, can’t wait to go.

Untuk membantu yang mau berangkat haji dari Melbourne untuk tahun ini, di bawah adalah keperluan haji :

DAFTAR KEPERLUAN HAJI

UTK IBU:

1. Baju ihram (boleh warna putih) 2-3 potong
2. Celana katun/kaos yg ada elastic di bawahnya 2-3 potong
3. Baju gamis katun 2-4 potong (bisa sekalian dipakai sbg baju tidur)
4. Jilbab besar/jumbo bahan katun 2-3 potong (yg panjang dan lebar, bisa buat sholat)
5. Daleman jilbab bahan katun 4 potong
6. Kaos kaki (jangan transparan) 6 pasang (bisa dicuci)
7. Sandal jepit 1 pasang (warna ngejreng biar nggak ketuker)
8. Tas selempang ukuran sedang 1 biji (utk bolak balik hotel-mesjid)
9. Sajadah 1 biji (yg tipis dan ringan)
10. Undies 5-7 potong (bahan katun mudah kering)
11. Disposable undies 5-6 potong
12. Panty liners non perfumed secukupnya
13. Botol kecil semprotan 1 botol spt punya tukang potong rambut, diperlukan utk hari Armina, juga utk tawaf krn udara sangat panas
14. Tali utk jemur baju 1 gulungan kecil
15. Hanger tipis 5-6 buah (utk jemur baju+undies selama di hotel)
16. Gantungan yg bisa ditaruh diatas pintu 1-2 buah (utk hari Armina, krn kamar mandi tidak ada gantungannya, jd gantungan yg ini berfungsi utk gantungin toiletries or baju2)
17. Sandwich bags plastik secukupnya (bisa utk tempat batu2 utk lempar jumroh)
18. Tas kresek secukupnya (utk gantungin toiletries dll)
19. Obat2an yang biasa diminum spt Panadol, lozenges utk sore throat, obat batuk dll
20. Sandal/sepatu ringan yang NYAMAN 1 pasang. Disarankan pakai Crocs yg original, nyaman, gampang buat wudhu, cepat kering.
21. Light jacket 1 potong (utk di pesawat dan bis)
22. Handuk microfibre 1 potong utk hari Armina, gampang kering, beli di
Kathmandu, Aussie Disposal atau Ray’s Outdoors
23. Sunglasses
24. Masker kain 5 potong (usahakan yg dari kain, jadi bisa dibasahi selama dipake supaya kalo dipake tdk terasa panas/kering)
25. Toiletries shampoo, sabun, moisturizer (non-fragrance), sisir, kaca
26. Mukena 1 pasang
27. Senter/torch 1 buah (untuk cari batu di Muzdalifah)

UTK BAPAK :

1. Kain ihram 1 pasang aja (biasanya disediakan oleh agen haji)
2 Sabuk ihram 1-2 potong (in case yg 1 putus)
3. Peniti besar (spt yg untuk bayi) secukupnya (utk kain ihram)
4. Kaos daleman haji 1 potong (kaos ini ada kantong di depannya, bisa utk tempat simpan uang, HP dll. Beli di Indonesia. Tapi banyak yg mengeluh bikin panas/gerah)
5. atau Pocket yang bisa dikalungkan 1 potong, beli di Kathmandu, Aussie Disposal, dll.
6. Celana panjang katun yg tipis 3-4 pasang (bisa utk dalaman gamis laki-laki/thaub, sekalian bisa buat tidur)
7. Baju koko 2 potong
8. Kaos katun utk tidur 2-3 pasang (sebaiknya polos, jgn ada gambar/tulisan)
9. Handuk microfiber 1 potong (beli di Kathmandu, Snow Gum, Aussie Disposal. Cepat kering.)
10. Sajadah 1 potong (yg tipis dan ringan)
11. Sunglasses
12. Sandal gunung 1 pasang (jangan yg baru gres,supaya tidak lecet)
13. Sandal jepit 1 pasang (warna ngejreng biar nggak ketuker)
14. Senter/torch 1 buah (utk cari batu selama di Muzdalifah)
15. Undies 5-7 potong
16. Disposable undies 3-4 potong utk di Armina
17. Tali gantungan/jemuran baju 1 gulungan kecil
18. Botol semprotan kecil 1 botol
19. Gantungan yg bisa ditaruh di atas pintu 1 buah
20. Hanger utk jemur baju/undies secukupnya
21. Toiletries in a bag : sabun, shampoo (non-fragrance), sikat gigi, sisir, kaca
22. Light Jacket (utk di pesawat, di dalam bis, dll)
23. Masker kain (tidak panas) 2-3 potong (pilih yg kain biar bisa dibasahin, dan bisa dicuci)

KEPERLUAN LAINNYA :

• potongan kuku, cotton buds, tusuk gigi
• gunting kecil (jangan dibawa ke dalam kabin pesawat)
• botol minum (biar bisa di-refill dan nggak nyampah)
• ikat rambut buat ibu-ibu
• Al Quran yang biasa dibaca
• Titipan doa teman-teman/keluarga
• Doa-doa pribadi dicatat di buku notes
• Payung lipat
• Kipas
• Pengikat kacamata ke kepala (biar tidak jatuh dan terinjak orang saat thawaf)
• Odol dan deodorant selama TIDAK ihram
• Tas serut punggung untuk bolak balik mesjid bagi bapak-bapak
• Tas overnight kecil untuk hari-hari Armina
• Detergent bubuk (ditaruh di botol kecil, tutup rapat)
• Vitamin-vitamin yang biasa diminum
• Bolpen/alat tulis yang selalu sedia di tas tangan (untuk isi kartu imigrasi, dll)
• Mobile phone charger beserta adaptor
• Pocket tissues, non-perfumed selama ihram
• Tissue basah, non-perfumed selama ihram

Nanti, pas tiba saatnya untuk packing berangkat ke Mina, koper besar kita akan dikumpulkan penyelenggara haji dan langsung diberangkatkan ke Makkah. Jadi, kita tidak akan ketemu koper itu lagi sampai hari-hari Armina kita selesai. Untuk ini, kita harus packing lagi terpisah keperluan berhaji untuk selama hari-hari Armina (Mina, Arafah, Muzdalifah, Jamarat, Aziziah). Sebaiknya punya tas overnight kecil. Walaupun katanya nanti tas overnight itu akan disediakan oleh penyelenggara haji, sebaiknya tetap menyiapkan sendiri. Banyak kejadian ternyata tas-nya telat datang atau belum siap pada saatnya.

Yang perlu dimasukkan ke tas overnight ukuran sedang untuk ke Mina :

Untuk Ibu :

Gamis katun untuk ihram 2 potong (boleh warna putih)
Gamis katun selepas ihram 3 potong, bisa untuk tidur
Jilbab jumbo/besar 3 potong, warna netral, yang panjang supaya bisa untuk shalat
Bergo (jilbab pendek) 1 potong, utk ke toilet
Daleman jilbab warna netral 3 potong
Celana panjang katun 2 potong, utk dalaman gamis, yg ada elastic di bawahnya
Light jacket 1 potong
Undies 3 potong
Disposable undies 3 potong
Kaos kaki jangan transparan 4 potong (bisa dicuci)
Handuk microfiber ukuran sedang 1 potong. Cepat kering, ringan dilipat.
Toiletries sabun/shampoo/krim (non-fragrance), sisir, kaca, potongan kuku, gunting,
sikat gigi, tusuk gigi/dental flosh
Sendal jepit 1 pasang, warna ngejreng, dinamain
Sepatu nyaman 1 pasang. Harus nyaman karena akan dipakai jalan berjam-jam.
Tas kresek secukupnya untuk baju kotor, tempat sepatu, dll.
Al Quran, buku doa, buku titipan doa
Ikat rambut, jepit, dll cuaca sangat panas di dalam tenda
Pocket tissues NON PERFUMED
Tissue basah NON PERFUMED
Masker kain 3 potong (bisa dicuci)
Detergent bubuk satu botol kecil, bubuk supaya tidak leaking
Gantungan baju/hook 2 biji, untuk di belakang pintu toilet
Hanger tipis/travel hanger 1 biji buat jemur baju yg dicuci selama hari-hari Armina
Mobile charger dan adaptor 1 biji
Senter/torch 1 biji, untuk cari batu di Muzdalifah
Sandwich bags plastic secukupnya, utk tempat batu
Kipas dan botol semprotan air 1 biji
Botol minum utk refill 1 biji
Sajadah tipis dan ringan 1 biji
Tas selempang 1 biji
Payung lipat 1 biji
Sunglasses 1 biji
Obat-obatan pribadi Panadol, minyak kayu putih, vitamin, obat batuk, lozenges, Bandaids!!

Untuk Bapak :

Hampir sama, hanya bagian baju luar dan dalam yang disesuaikan saja sesuai kebutuhan masing-masing. Misalnya kain ihram, sabuk ihram, peniti besar.

TIPS UNTUK IBU DAN BAPAK :

• Dalam perjalanan menuju ke Mina/Aziziah, biasanya akan menempuh perjalanan dengan bis yang bisa berjam-jam karena jarak dan kemacetan. Sebaiknya siapkan juga di tas :
* snacks (crackers kering, muesli bars)
* toilet paper satu gulung (utk toilet break)
* tissue basah dan pocket tissues
* obat-obatan pribadi, kipas, sunglasses
*Al Quran
*botol minum
*permanent marker, berguna utk last minute identifications
of your belongings
*bolpen, buku catatan, kertas

• Semenjak dari Indonesia/Australia, pastikan anda memfotokopi passport dan visa (Australian visa, haji visa). Letakkan di dalam koper satu copy, dan dibawa bersama kita (dikalungkan) satu copy, dan untuk keluarga di Indonesia/Australia satu copy. Ini untuk berjaga-jaga seandainya passport hilang, supaya mudah pengurusannya.

• Pastikan koper yang anda pakai “unik”. Pilih warna terang untuk kemudahan identifikasi. Kebanyakan koper yang dibawa orang adalah biru dan hitam. Kalau koper anda warna gelap, beri luggage belt dengan warna menarik, atau pita berwarna-warni.

• Tulis daftar oleh-oleh (siapa aja yang mau dikasih oleh-oleh) dari sekarang, supaya tidak membuang waktu dengan belanja berlama-lama. Pastikan belanja pada awal-awal kedatangan, diselesaikan dalam satu-dua hari saja, setelah itu DISIPLIN untuk tidak ngecek toko-toko lagi supaya bisa memanfaatkan waktu untuk ibadah sebaik-baiknya.

• Saat masuk ke tenda Mina, untuk yang tidak kuat AC, pastikan letak tempat tidur anda tidak tepat didepan AC. Juga untuk di kamar hotel jika share kamar dengan yang lain.

• Beri nama semua barang bawaan anda, termasuk sandal jepit, handuk, tas, senter, dll.

Kalau mau nonton video saya yang mengulas tentang keperluan haji jemaah dari Australia seperti yang sudah diterangkan di sini, bisa klik link youtube di bawah ini :

Begituuuuuuu… Semoga membantu.

Pokoknya, disiapkan dari sekarang lebih baik. Percaya deh. Nikmat kalau siap lahir batin dari jauh-jauh hari. Jangan lupa datang di setiap manasik, banyak-banyak tanya ke orang yang sudah berangkat haji dari penyelenggara yang sama, baca buku hajinya sampai tuntas dan tanyakan yang tidak jelas saat manasik terutama saat penyelenggara haji kita yang memberi materi manasik.

Bismillah. Selamat bersiap-siap berangkat menjadi tamu Allah.

Image:

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Tapi tanganku hanya dua…

Image

Hai Ibu Rumah Tangga dimanapun, kalau ditanya orang  “Ngapain aja seharian?”… ,kira-kira gimana perasaannya? Pilihan: a. Senyum tapi jengkel.  b. Bingung sendiri.  c.Menerangkan panjang lebar apa yang dikerjakan. d.Diam saja, tapi langsung.. tonjooook.

Hehehehe… Selepas saya resign dari pekerjaan yang lalu, saya pikir saya akan punya banyak waktu. Ibu rumah Tangga gitu lho.. pasti kan banyak waktu luangnya. How wrong! Sehari itu berlalu sangat cepat. Ini belum, itu belum. Padahal saya tidak kemana-mana, tidak main ke rumah teman, tidak telpon-telponan, tidak jalan-jalan di mall. Asli. Di rumah saja, beberes. Ibu bekerja pasti merasakan, dulu sering menunda-nunda pekerjaan rumah karena kekurangan waktu. Oh well. When you stopped working, hal-hal yang tertunda-tunda itu tiba-tiba langsung muncul di depan mata. Kebun yang rumput liarnya meraja lela, lemari baju anak-anak dan milik sendiri yang menggunung dengan baju yang kesempitan, pantry dapur yang penuh botol-botol kadaluarsa yang tidak sempat terkonsumsi, garasi yang penuh kardus-kardus yang isinya barang-barang yang disingkirkan tapi belum terbuang, tumpukan kertas-kertas di meja, di lemari, di pojok-pojok ruangan.. huwaaaaa…. Itu belum lagi ditambah dengan kegiatan rutin seperti memasak, mencuci dan bebersih ya. Huhuhuuuu…. Kalo kata Cinderella operet Ira Maya Sopha jaman dulu :  “tapi tanganku hanya dua, Ibu Tiri…” . Nah iya lah. Kalo tangannya tiga malah ‘medeni’.. hehehehe… 😀

Hari Sabtu yang lalu, karena proses bebenah masih setengah jalan, rumah kami jadi seperti kapal pecah. Saya tidak sempat membersihkan lantai. Ibaratnya seni lukis, lantai saya penuh percikan karya seni kontemporer : tumpahan susu di pojok sana, debu yang menggumpal di bawah kursi, lengket-lengket bekas buliran nasi terinjak.. INDAH! hehehehe… Saat saya beristirahat sejenak bersama anak-anak, tiba-tiba saya dengar suara vacuum cleaner berbunyi. Saya diamkan saja. Bukan, bukan hantu kok, saya yakin. Hehehehe.. Saya baru keluar setelah suara vacuum berhenti. Kata saya : “Thank you, ya, Ba.” Duh suamiku. Tanpa ba bi bu, tanpa komplein, tanpa menyuruh, dia langsung ambil vacuum cleaner dan nge-vacuum sendiri. Ngga’ betah kali dia lihat karya seni lukis di lantai tadi. Hehehehe…. Barakallah ya, Ba.

Hal ini mengingatkan saya akan cerita salah satu sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab ra.

Ada sebuah kisah yang terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab ra. Saat itu ada seorang sahabat yang hendak melaporkan kelakuan istrinya yang sedang marah terhadapnya kepada Khalifah Umar. Dia ingin mendapatkan saran dari beliau dalam menghadapi istrinya. Lalu pergilah sahabat tersebut menuju rumah (benar rumah, bukan istana) Khalifah Umar. Ketika sampai di depan rumah Khalifah Umar dia berhenti. Sahabat itu mendengar dari luar jika Khalifah Umar sedang dimarahi oleh istri beliau, sedangkan beliau hanya diam. Sahabat itu lalu berfikir, ”Kalau Khalifah Umar saja diam saat dimarahi istri beliau, apa yang bisa disarankan beliau untukku?”.

Akhirnya dia berniat pulang dan tidak jadi meminta pendapat beliau. Selang beberapa langkah, dia dipanggil oleh Khalifah Umar,

”Wahai Fulan, engkau telah sampai di depan rumahku, mengapa engkau hendak kembali lagi?”. Mendengar pangilan Khalifah Umar, sahabat tersebut menghampiri beliau dan berkata,

”Maafkan wahai ’Amirul Mukminin, tadi aku hendak melaporkan kelakuan istriku yang sedang marah terhadapku. Tapi ternyata kulihat engkau diam saja ketika dimarahi istrimu, jadi kufikir apa saran yang bisa kudapat darimu?” jawab sahabat.

”Kenapa aku diam saja ketika istriku marah padaku, itu karena aku menghormatinya. Aku mengalah dan membiarkannya memarahiku karena dia telah banyak membantuku. Dia yang mengurus aku dan rumahku, mencucikan baju untukku, membuatkan roti untukku, memasak untukku, dan pekerjaan lain; sementara semua itu tidak pernah kuperintahkan padanya. Jadi sudah sepantasnya aku memuliakannya.”. jelas Khalifah Umar. Sahabat itu akhirnya mengerti dan kembali kepada istrinya dengan hati yang tenang.

 

Alhamdulillah  ya saya tidak punya pembantu.  Bisa nge-klaim kalau tanganku yang hanya dua inilah yang mengerjakan semuanya. Dan oh, Ba, ternyata dikau meniru Umar bin Khattab ya, selalu diam kalau dimarahin. Tapi soal inisiatif nge-vacuum tanpa disuruh dan tanpa protes, itu meniru siapa ya? Hehehehe… I’m forever grateful, Ba.

 

*intermezzo tulisan, dibuat ditengah-tengah kecapekan nyikat, nggosok, nyapu, ngepel, masak, nyuci, njemur, anter jemput, dan sebagainya dan seterusnya dan berikutnya. Demikian. Sekian. Terima kasih*  🙂

 

 

 

Posted in Uncategorized | 1 Comment

A Demi-Ashton couple and a German Spy

nurse

“Hi, James. Are you all right there?”.. kataku sambil mengetuk pintu kamar mandi di kamar pasienku. “Yeah, I’m good”.. kata ‘James’ dari dalam. “Just want to let you know, your Mum is here.”.. kataku. ‘James’ terdiam sesaat.. lalu kudengar, “Ok”.. singkat.

Sudah menjadi kebiasaanku, saat pasien di kamar mandi, aku ambil kesempatan untuk merapikan tempat tidurnya. Banyak nurses yang keberatan untuk melakukan ini , “It’s not a nurse job. Call the cleaner.”  sering dilontarkan. Tapi untukku ini kesempatan yang bagus sebenarnya untuk memeriksa lebih jauh keadaan pasien. Kadang di atas sprei aku menemukan bercak darah atau bercak cairan tubuh yang perlu investigasi lebih lanjut. Apalagi kalau pasien itu bukan pasien pasca operasi, hmm.. dari mana darahnya?

Jadi, sambil membenahi sprei, aku berbincang-bincang dengan wanita tua yang menjenguk ‘James’, soal cuaca hari itu, soal rencana akhir pekan, suasana rumah sakit.. yah.. basa-basi lah. Akhirnya pas saatnya aku selesai merapikan, ‘James’ keluar dari kamar mandi. Senyumnya mengembang, tangannya melebar merangkul si wanita tua itu, dan…’James’ mengecup bibirnya cukup lama.. “Hi, darling”… katanya.

O eM Ge!!! He said “Darling”! That old woman is NOT his Mum!! She’s his wife!! Rasanya aku ingin saat itu bumi terbuka dan menelanku untuk sesaat.. maluuuuuu…. Apa tadi yang ada di pikiran pasienku dan istrinya saat aku salah sebut? Oh well.. I’m sure I’m not the first one making that mistake. Perbedaan umur yang sangat jelas antara keduanya pasti sudah menjadi kesalah pahaman di sana-sini untuk mereka.

Menjadi seorang perawat di Australia selama 8 tahun memberiku cerita yang menarik setiap harinya. There’s never a same day at work. Saat kaki melangkah masuk kerja, it’s all new day. Tidak ada file yang menumpuk, tidak ada janji telpon yang harus dibuat, tidak ada email yang belum terbalas. All new. And we don’t bring our work home. Can’t! Hehehehe.. Dan cerita-cerita menarik tentang kehidupan manusia ada kalanya tidak kalah serunya dengan membaca novel.

Pernah suatu saat,  di bangsalku ada seorang pasien, seorang nenek yang mengidap dementia, dan baru saja menjalani operasi. Karena dementia, nenek itu jadi linglung, bingung, panik dan ketakutan dengan suasana asing seperti di rumah sakit ini. Sejak matahari terbenam, tak ada hentinya dia berteriak minta tolong. Yang membuat keadaan makin sulit, si nenek ini tidak berbahasa Inggris, semua kata-katanya dilontarkan dalam bahasa Jerman. Sudah sering saya temui, para penduduk migran manula yang tadinya bisa berbahasa Inggris, setelah mengalami dementia, alzheimer’s disease, atau penyakit brain degenerative lainnya, si orang itu kehilangan kemampuan bahasa Inggrisnya. Yang ada, mereka kembali berkomunikasi dengan bahasa aslinya. Amazing.

Kira-kira jam 2 pagi, saat bangsal seharusnya sunyi senyap, si pasien yang kusebut tadi kembali berteriak-teriak. Matanya melotot, tangannya menunjuk-nunjuk pintu penghubung bangsal di sebelah. Wajahnya pucat dan terlihat sangat panik. Kami para staff malam berusaha menenangkan dengan segala cara. Kami masih belum mau memberikan sedative, obat penenang, karena kuatir akan mempengaruhi sistem pernafasannya yang sudah terganggu sejak keluar dari ruang operasi. Tapi sepertinya itulah yang harus kami lakukan.. sampai tiba-tiba ada seorang laki-laki tua, pasien dari kamar sebelah yang berdiri di belakang kami.. “Let me talk to her”.. katanya.. Kami beringsut mundur..

Si pasien laki-laki tua itu ternyata dapat berbahasa Jerman. Dengan tenang dia bercakap-cakap dengan si nenek itu. Kami bisa melihat perubahan raut mukanya yang tiba-tiba tenang, senyum mengembang. Dan dia akhirnya mau memejamkan matanya mencoba tidur. Wooooowww…. Apa yang kira-kira pasien laki-laki tua itu katakan ya?

Ternyata, si nenek adalah keturunan Yahudi-Jerman yang semasa mudanya ditahan di kamp konsentrasi. Pintu penghubung bangsal itu dikiranya adalah ‘chamber room’, tempat para tahanan dihukum mati dengan gas beracun. Hal ini dikarenakan karena pintu itu hanya ‘one way’, orang hanya bisa keluar dari pintu itu, tapi tidak ada yang kembali dari pintu itu. Jadi, si nenek berpikir, orang-orang yang melewati pintu itu pasti sudah dibunuh semua.. dan pintu itu tepat di depan kamarnya. Duuh.. kasihan.. Untung pasien laki-laki tua tadi menjelaskan dengan bahasa Jerman yang dimengertinya. Kamipun berterima kasih yang amat sangat kepadanya, sekarang pasien lain bisa dengan tenang tidur.

Keesokan paginya, saat istri si pasien laki-laki tua tadi datang, staff pagi yang bekerja saat itu bercerita tentang kehebatan suaminya tadi malam. A Hero! Pokoknya top deh. Tapi cerita itu ditanggapi dengan wajah bingung sang istri… “My husband doesn’t speak German’… Staff pagi tersenyum.. “Off course he does, very well.”. Sang istri melanjutkan, “We’ve been married for more than 50 years. I know he doesn’t speak German.”. Duh. Kamipun terdiam. Is it supposed to be a secret? Ooh.. Ooh…

Singkat cerita, ternyata, si pasien laki-laki tua dulunya adalah mata-mata Inggris di Jerman saat Perang Dunia ke 2. Karena sesuatu hal, si pasien laki-laki tua itu pulang ke Inggris dan tidak ada yang tahu bahwa dia adalah seorang mata-mata perang. No one knows, termasuk istrinya sendiri yang sudah dinikahinya lebih dari 50 tahun. Kenangan perang yang menyakitkan dan trauma yang pedih mungkin menyebabkan si laki-laki tua itu menutup rapat-rapat bagian kehidupan tersebut. Tapi kemampuan berbahasa Jermannya ternyata masih melekat baik di otaknya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka, kami tidak tahu akhirnya, karena si pasien laki-laki tua itu pulang ke rumahnya sore itu. Luka operasinya sudah sembuh. Tapi mungkin ada luka baru yang dibuatnya.. di dalam hati istrinya. Who knows..

I love nursing. I love every bit of it. It’s not only a job. But it’s a window to my soul. A window to someone else’s life. A day at work is never be the same with the last one. A Demi-Ashton couple and a German spy stories are only a few highlights in my nursing career. I’ll tell you more next time..

 

 

 

 

 

 

Posted in Uncategorized | 1 Comment

Chuc Mung Nam Moi : Being Vietnamese

Vietnamese New Year

“Ssshh…remember. Pray only to Allah. Don’t say ‘hello’ or offering them to come down to eat. It’s haram.”.. bisik saya ke anak-anak di depan ancestors table. Di tangan kami menggenggam hio yang menyala untuk ditancapkan ke wadah penadah abu. Di hadapan kami ada foto-foto sesepuh keluarga Bui dan Le yang sudah meninggal. Dan di depan foto-foto itu terhampar buah-buahan dan makanan kesukaan mereka saat masih hidup. Lalu kami membisikkan Al Fatihah di dalam hati, mendoakan mereka seperti halnya kami mendoakan Eyang-Eyang kami yang sudah meninggal. Tancapkan hio. Membungkuk tiga kali. Dan selesai.

Paling tidak acara ini berlangsung setahun sekali saat ‘Lunar New Year’, waktu dimana pergerakan bulan satu tahun penuh menurut hitungan mereka. ‘Lunar New Year’ disebut juga ‘Vietnamese New Year’ atau “Tet”. No, no,no. They don’t want to call it ‘Chinese New Year’. “We’re Vietnamese. Not Chinese.”.. kata Van tiap kali ada yang ‘salah sebut’. Hahaha.. What’s the difference, Ba? Dan mukanya makin cemberut. Hehehehe.. Mungkin sama rasanya kalau ada orang yang bilang ke saya : “Indonesian? Malaysian? You’re all the same..”.. Tonjooooook!! Hahahaha…. 😀

Dari awal perkawinan, saya sudah berniat untuk tidak menghilangkan seluruh tradisi Vietnam. Hal ini karena banyak tradisi dan kepercayaan Vietnam yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, dalam tradisi Vietnam, para sesepuh yang sudah meninggal itu akan ‘datang’ sekali-sekali kalau diundang, dan akan ‘bersama’ kami keluarganya merayakan acara kumpul-kumpul keluarga. Seminggu sebelum Tahun Baru Vietnam, keluarga Vietnam akan memberikan seserahan sepiring buah-buahan kepada “Kitchen God”. Kitchen God ini akan naik ke ‘atas’ melaporkan tentang keluarga kita kepada “God” dan kalau kita baik, keluarga kami akan mendapat berkah selama setahun ke depan. Well, I’m telling you.. that Kitchen God had lost our address completely. Hehehehe.. Never invited. No food for him, ever. Not welcome. 🙂

What do I think about Van’s feeling? Tradisi ini adalah tradisi yang dia kenal sepanjang hidupnya, until he met me. Alhamdulillah Van is OK, I think. Di awal-awal perkawinan, kami duduk mendiskusikan apa yang ingin kami (saya) teruskan dan mana yang sebaiknya ditinggalkan. Tentu saja saya jelaskan alasannya. Syirik adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni. Tapi kami juga tidak mau meninggalkan tradisi Vietnam 100 persen. Mau tidak mau, harus diakui, di dalam darah anak-anak kami mengalir darah Vietnam dengan tradisi yang sama kayanya seperti tradisi Jawa. Yang baik diambil, yang tidak cocok ditinggalkan. Yang baik yang kami ambil adalah tentang penghormatan kepada orang tua dan orang yang lebih tua di dalam keluarga. Di keluarga Bui, orang tua dan anak tertua ada di hirarki tertinggi. Kebetulan Van adalah anak tertua. Keluarga besar kami jarang bertengkar, karena bantah membantah dengan anggota keluarga yang lebih tua adalah terlarang. Kalau ada sesuatu yang perlu dibicarakan, maka kelima adik-adik Van akan membicarakan ke Van untuk nantinya Van yang membicarakan ke orang tuanya.

Dengan alasan penghormatan kepada orang tua ini lah yang menyebabkan saya tidak melarang anak-anak dan Van membakar hio di ‘ancestors table’. Karena terbayang betapa hancurnya hati mertua saya bila anak tertuanya, istrinya dan anak-anaknya tidak lagi memberi penghormatan kepada sesepuh seperti selayaknya yang beliau tahu. Walau begitu, “kompromi” kami ini mungkin dirasa not good enough untuk yang mengharamkan segala perilaku yang tidak Islami. Mungkin keluarga saya masih tetap dibilang syirik dengan menancapkan hio ini. Well, it’s easy to say if you’re not in my shoes. Half of my family are non-muslim, but they are still my family. Bila seseorang dalam sepanjang hidupnya di dalam keluarga besar turun temurun hanya ada satu keyakinan, maka orang itu tidak pernah tahu apa yang saya alami dan rasakan. Tidak mudah mencari celah terbaik untuk menjalankan agama Islam sebaik-baiknya tanpa menyakiti hati mertua, ‘orang tua’ kami yang non-muslim. Selama mertua saya masih hidup, kami akan menyalakan hio untuk our ancestors, dengan memanjatkan doa selayaknya kepada orang yang sudah meninggal menurut ajaran Islam. Kami tidak menyembah ancestors, kami tidak mengundangnya ‘turun dari langit’ untuk makan, tapi kami hanya menghormati mereka, menghormati mertua saya. Menghormati orang tua sudah pasti salah satu ajaran agama Islam yang utama. Nanti kalau mertua saya sudah tiada, mungkin kita akan re-consider tentang tradisi hio ini.

Semoga Allah Yang Maha Pengampun mengerti keputusan saya ini dan tidak ada azab bagi kami.

Makanya Keviiiin… Kamiliaaaa… sudaaah, gak usah macem-macem. Nanti cari jodoh orang Indonesia aja yaa..Biar gak pusiiiiing…. Tenaaang, nanti Mama cariin.. hehehehe.. 😀

Chuc Mung Nam Moi! Happy Vietnamese New Year! Jangan lupa amplop merahnya yaa this weekend..

Picture courtesy of City Net Events from http://www.vancouverobserver.com

Posted in Uncategorized | Leave a comment